Kamis, 03 Mei 2012

Mubarak, No! Ikhwanul Muslimin, No No No!


Proses transformasi kekuasaan di Mesir yang sedang berlangsung sekarang ini banyak menyedot perhatian masyarakat,  bukan hanya sekitar kawasan Timur Tengah tapi bahkan dunia.   Banyak kepentingan yang bermain di balik tetap tegarnya Hosni Mubarak untuk tetap berkuasa.   Meski Obama secara eksplisit mengatakan bahwa peralihan kekuasaan yang terjadi di Mesir harus berlangsung damai dan segera,  namun munculnya spekulasi adanya diplomasi di balik layar dan tawar menawar politik tetap dominan.
Kekhwatiran bahwa akan munculnya kepemimpinan yang tidak mengakomodasi proses perdamaian regional yang susah payah dibangun selama ini nampaknya menjadi faktor utama.   Nyaris tak ada tokoh pengganti Mubarak yang memiliki visi yang serupa.   Meski beberapa hari lalu muncul tokoh Umar Sulaiman, ketua badan intelijen Mesir  yang dilantik menjadi Wakil Presiden,  jabatan yang selama ini sebenarnya tak pernah ada dalam konstitusi Mesir,  menjadi harapan baru yang memiliki kesamaan visi dengan Mubarak,  jalan menuju kursi Presiden menggantikan Mubarak nampaknya masih panjang.
Alternatif berikutnya adalah tokoh ilmuwan nuklir, El Baraday,  yang sudah memiliki track record positif di dunia internasional.   Namun kemunculannya dinilai agak terlambat di tengah ekspektasi masyarakat yang mendesak yang begitu besar.   Apalagi El Baradai secara faktual tak memiliki dukungan masa internal yang memadai.
Pandangan masyarakat internasional tentu saja akan mencari sosok lain di antara elemen masyarakat Mesir untuk bisa duduk sebagai pucuk pimpinan yang dapat mewadahi seluruh kepentingan, baik itu kepentingan internal, regional maupun masyarakat internasional.  Lirikan berikutnya mengarah pada organisasi Ikhwanul Muslimin atau Muslim Brotherhood.   Semenjak maraknya gerakan Muslim Brotherhood di Mesir yang dipicu oleh keprihatinan terhadap masyarakat Palestina,  perhatian masyarakat dunia beralih kesana.   Gerakan yang memiliki basis massa yang besar di Mesir dan negara sekitar seperti sebagian Palestina, Turki, bahkan Malaysia dan Indonesia,  mengadopsi perjuangan Islam garis keras yang memungkinkan perjuangan bersenjata, apalagi terhadap musuh abadi mereka, Israel.    Namun tampaknya hal inilah yang menjadi ganjalan masyarakat dunia untuk merestui munculnya sosok pimpinan Mesir dari kalangan Ikhwanul Muslimin.   Mereka tidak bisa begitu saja mempercayakan masa depan perdamaian regional Timur Tengah hanya pada satu gerakan masyarakat yang mengadopsi kekerasan sebagai jalan perjuangannya,  meskipun secara faktual  mereka memiliki basis massa yang signifikan.
Akankah perjuangan rakyat Mesir untuk memiliki pemimpin baru yang visioner,  mewadahi seluruh kepentingan nasional dan diterima masyarakat internasional masih akan panjang…? Yang pasti rakyat Mesir sudah jenuh dengan kepemimpinan Mubarak selama lebih dari 30 tahun yang dituduh penuh korupsi dan kecurangan,  namun sampai saat ini belum muncul tokoh alternatif penggantinya.  Akankah itu Umar Sulaiman,  atau El Baraday..?
Andai  kita bisa mendengar suara hati rakyat Mesir sekarang ini,  akan terdengar suara lantang penolakan terhadap dua hal:   Mubarak…no!   dan  Ikhwanul Muslimin…  no..no..no..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar