Kamis, 03 Mei 2012

Merapi, Mbah Marijan dan Sebuah Komitmen


Komitmen.   Barangkali ini sudah menjadi barang langka di era sekarang ini.   Ketika seseorang mengatakan YA,  sejatinya di belakang pernyataan itu ada berbagai konsekuensi yang harus dijalani.  Namun banyak orang dengan mudah mengatakan  kata  itu tanpa merasa perlu mengikuti dengan tuntutan-tuntutan di belakangnya.
Janji seorang pejabat publik untuk menyejahterakan rakyat pun hakikinya merupakan sebuah komitmen yang harus diemban selama dia menjabat.    Namun sering ditemui bahwa semua itu hanya pemanis saat hendak menjabat.   Di belakangnya,  semua akan berjalan sendiri,  bahkan tanpa campur tangan pejabat itu sebagai penentu kebijakan.
Namun pagi ini saya dibuat merasa bersalah tentang statemen di atas karena ternyata saya keliru.  Pagi ini,   seorang Mbah Marijan memberi pelajaran pada saya tentang  arti kata YA.  Kata yang mengandung segala konsekuensi itu, benar-benar telah dilaksanakan oleh Mbah Marijan.   Dia yang diberi kepercayaan oleh Sultan Hamengkubuwono IX ,  Sultan sebelum Sultan yang sekarang,  sejak masa mudanya untuk menjadi pengawal penduduk sekitar Merapi terhadap ancaman bencana,   telah melaksanakan tugasnya secara paripurna sampai saat-saat terakhir.
Pagi ini saya belajar bahwa YA adalah YA,  lengkap dengan segala konsekuensi yang mengikutinya.  Sebuah komitmen yang indah.  Terimakasih,  Mbah Marijan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar